Kalduikan

Jane Goodall Wafat, Pembuka Tabir Dunia Kera hingga Imaji soal Tarzan

Situs News Indoesia Alternatif Informasi Berita Viral Terbaru

Jakarta, objectright Indonesia

Ilmuwan dan aktivis pelindung satwa primata
Jane Goodall
meninggal dunia di usia 91 tahun, Rabu (1/10).
Kabar duka itu disampaikan lembaganya, Jane Goodall Institute, dalam unggahan di media sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Penemuan Dr Goodall sebagai seorang etolog merevolusi ilmu pengetahuan, dan dia merupakan advokat yang tak kenal lelah demi perlindungan dan pemulihan alam kita,” demikian pernyataan Jane Goodall Institute.
Menurut lembaganya, Goodall meninggal dunia di California karena sebab alamiah saat melakukan tur di Amerika Serikat.
Jane Goodall merupakan ahli primata dan konservasionis yang semasa hidupnya bertekad mendorong manusia untuk menjaga bumi. Ia dikenal akan karyanya dalam mempelajari perilaku primata.
Dengan kata lain, Jane Goodall merupakan tokoh perintis yang membuka tabir misteri tentang dunia primata, khususnya perilaku kera seperti simpanse, dalam penelitian seumur hidupnya.
Dilansir dari
objectright
, studi lapangannya dengan simpanse telah mendobrak batasan bagi perempuan dan mengubah cara ilmuwan mempelajari hewan.
Goodall memberikan nama pada simpanse, alih-alih angka. Ia juga mengamati kepribadian unik satwa tersebut dan mendokumentasikan emosi mereka hingga mengaburkan batas antara manusia dan hewan.
Pertemuan Goodall dengan simpanse tua yang ia beri nama David Graybeard menjadi momen yang paling fenomenal. Setelah mengikuti David mengarungi hutan, Goodall mencoba menawarinya sebutir kacang.
“Dia mengambil kacang tersebut, menjatuhkannya, namun dengan sangat lembut meremas jemari saya,” kenang Goodall.
“Begitulah cara simpanse saling meyakinkan,” lanjutnya.
Selama hidup di antara simpanse di Gombe, Goodall menemukan bahwa simpanse memakan daging layaknya manusia. Mereka tidak hanya menggunakan alat, tetapi juga menciptakan alat tersebut.
“Saya menyaksikan dengan takjub ketika simpanse-simpanse itu pergi ke gundukan rayap, mengambil ranting berdaun kecil, lalu mencabuti daunnya,” kata Goodall dalam film dokumenter tahun 2017 berjudul Jane.
Ranting-ranting itu kemudian dipakai untuk menusuk gundukan guna memudahkan mereka memakannya.
“Itu adalah modifikasi objek, awal mula pembuatan alat. Hal tersebut belum pernah terlihat sebelumnya,” ucap Goodall.
Goodall adalah salah satu dari tiga perempuan yang dipilih oleh Leakey untuk mempelajari primata di habitat aslinya sebagai bagian dari upaya untuk lebih memahami evolusi manusia.
Goodall berfokus pada simpanse, sementara Dian Fossey mempelajari gorila dan Birutė Galdikas mempelajari orangutan. Mereka terkadang disebut “Leakey’s Angels”, merujuk pada serial TV populer tahun 1970-an, Charlie’s Angels.
Dunia baru mengetahui tentang Goodall dan karyanya pada 1963 setelah artikel pertamanya muncul di National Geographic dengan judul “My Life Among Wild Chimpanzees”.
Bersambung ke halaman berikutnya…
Dalam podcast Infinite Potential pada 2019, Goodall mengaku ketertarikannya pada perilaku hewan muncul sejak kecil, tepatnya saat ia berusia empat setengah tahun. Saat itu, ibunya mengajak dia mengunjungi sebuah peternakan di pedesaan.
“Itu sungguh mengasyikkan, saya masih ingat bertemu sapi, babi, dan domba secara langsung,” kenang Goodall.
Di peternakan, Goodall berjalan menuju kandang ayam. Di sana, ia menunggu dengan sabar untuk mengamati ayam betina bertelur.
“Ibu sudah putus asa mencari saya, tidak seorang pun tahu di mana saya berada. Mereka sampai menelepon polisi. Anda bisa bayangkan betapa khawatirnya dia, tapi ketika dia melihat mata saya yang berbinar, (dia) duduk untuk mendengarkan kisah menakjubkan tentang bagaimana seekor ayam bertelur,” ucap Goodall.
Goodall menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di luar, di puncak pohon favoritnya, untuk membaca dan mengkhayal tentang “kehidupan di hutan bersama Tarzan.”
Dalam bukunya, Reason for Hope: Spiritual Journey (2000), ia mengaku mungkin dirinya telah membaca semua buku tentang Tarzan dan sangat cemburu dengan tokoh Jane.
Novel tentang Tarzan sudah ditulis sejak 1912 oleh Edgar Rice Burroughs yang berjudul ‘Tarzan of the Apes’, terinspirasi dari karya-karya etnografi Antropologi kala itu.
“Melamun tentang kehidupan di hutan bersama Tarzan-lah yang membulatkan tekad saya untuk pergi ke Afrika, hidup bersama hewan, dan menulis buku tentang mereka. Saya juga pergi ke Beech hanya untuk menjadi diri sendiri, untuk berpikir,” katanya.
Ia pun berseloroh tentang tokoh Tazan yang kebetulan memiliki nama depan sama dengan tokoh pendukung dalam cerita fiksi tersebut, Jane Porter.
“Apa yang dilakukan Tarzan? Dia menikahi Jane yang salah,” kata Jane, berseloroh, dikutip dari
Newsweek
.
Cinta Satwa Sedari Kecil hingga Imaji Tentang Cerita Tarzan
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN:
1
2

Baca lagi: Tips for Choosing Halal Skincare, Safe, and Reliable

Baca lagi: MGPA Jamin Sirkuit Mandalika Bebas Debu, Siap Sambut Marquez Cs

Baca lagi: JCI is bright predicted today

Baca lagi: Jadwal Lengkap MotoGP Jepang 2025: Momentum Marquez Kunci Gelar

Picture of content

content

You may also like