Kalduikan

Elon Musk Kompori Publik Jepang Demo Anti-Imigran

Situs News Indoesia Alternatif Informasi Berita Viral Terbaru

Jakarta, objectright Indonesia

Bos Tesla sekaligus pemilik aplikasi X,
Elon Musk
, menyuarakan dukungan terhadap demonstrasi anti-imigran di
Jepang
.
Demonstrasi anti-imigran ini muncul menyusul rencana pemerintah untuk menyerap ratusan ribu tenaga kerja India ke negara tersebut yang terus dihadapkan oleh krisis tenaga kerja imbas tingkat kelahiran yang terus merosot.
Mantan penasihat Presiden AS Donald Trump itu selama ini memang dikenal mendukung partai-partai sayap kanan di berbagai negara, termasuk Alternative for Germany.
Musk mengutip retweet (quote retweet) sebuah video tentang demo anti-imigran di Jepang tersebut yang diunggah akun media sosial bernama The British Patriot. Pria yang lahir di Afrika Selatan itu pun menulis caption “bagus” dalam unggahan tersebut.
Akun tersebut memperlihatkan demonstran Jepang “menuntut deportasi seluruh imigran ilegal” di negara itu.
“Dari Australia hingga Eropa hingga Jepang, warga bersatu untuk remigrasi,” tulis akun itu.
Video yang diyakini direkam di pelabuhan Osaka pada Sabtu pekan lalu tersebut memperlihatkan sekelompok kecil massa membawa bendera Jepang dan spanduk anti-imigrasi massal, termasuk salah satunya bertuliskan: “Don’t make Japan Africa.”
Imigrasi di Jepang
Tingkat imigrasi di Jepang masih rendah dibandingkan negara-negara maju lainnya. Survei politik juga menunjukkan isu ini bukan prioritas utama pemilih di Jepang.
Namun, dengan populasi yang menua, tingkat kelahiran terendah di dunia, serta kekurangan tenaga kerja di berbagai sektor, jumlah imigran terus meningkat.
Tahun lalu, jumlah penduduk asing di Jepang naik lebih dari 10 persen menjadi 3,76 juta dan menjadi rekor untuk tahun ketiga berturut-turut. Kini warga asing di Jepang mencakup lebih dari 3 persen dari total populasi.
[Gambas:Twitter]
Sentimen xenofobia meningkat?
Di saat jumlah imigran yang meningkat, Jepang juga dihadapkan dengan sentimen xenofobia yang dianggap meningkat.
Pada Juli lalu, partai anti-imigrasi Sanseito meraih hasil signifikan dalam pemilu majelis tinggi, meningkatkan jumlah kursinya dari dua menjadi 15. Di majelis rendah, partai ini memiliki tiga anggota parlemen.
Dikutip
The South China Morning Post (
SCMP
), a
genda Sanseito di Jepang kerap mencerminkan dan mengikuti gerakan populis di berbagai belahan dunia.
Slogan “Japanese First” yang digaungkan anggota Sanseito juga banyak dikritik sebagai sentimen xenofobia, memicu kekhawatiran akan meningkatnya diskriminasi di kalangan warga asing di Jepang.
Shin Su-gok, warga keturunan Korea generasi ketiga di Jepang yang bekerja sebagai konsultan pengembangan sumber daya manusia sekaligus perwakilan organisasi anti-ujaran kebencian, mengaku merasa was-was soal gerakan ini yang bisa memicu diskriminasi, eksklusi, bahkan kekerasan massa yang meningkat.
Selama kampanye pemilu, ia menerima banyak keluhan dari warga keturunan Asia yang mengatakan mereka tidak lagi merasa aman berjalan di jalanan. Ada pula yang takut dipanggil dengan namanya ketika berobat di rumah sakit atau saat memesan sesuatu melalui telepon.
“Solidaritas massa yang ingin menegaskan kembali bahwa ‘kami yang terbaik’ dan ‘orang asing penyebab penderitaan kami’ kini terlihat jelas. Mereka yang percaya bahwa diskriminasi dan eksklusi dibenarkan berkumpul dan bersekutu dengan pihak berkuasa. Situasi ini sangat mirip dengan Jerman era Nazi awal.
(rds/bac)
[Gambas:Video objectright]

Baca lagi: Gelaran SIPA 2025 Ditutup Meriah dengan Panggung Kolaborasi Dunia

Baca lagi: Hubner Mendadak Hilang dari Indonesia vs Lebanon, Ada Apa?

Baca lagi: Jelang Balapan San Marino: Syarat Marc Marquez Juara MotoGP di Jepang

Baca lagi: Britain Rejects Israeli Occupation in Jerusalem to the Eve of Hell of Japan

Exit mobile version