Di era digital yang semakin canggih, teknologi verifikasi biometrik seperti pemindaian retina mata mulai digunakan secara luas. Salah satu platform yang baru-baru ini menjadi sorotan adalah World App dari Worldcoin. Meski menjanjikan imbalan finansial, pemindaian retina menimbulkan banyak kekhawatiran mengenai privasi dan keamanan data pribadi. Artikel ini akan mengulas lebih dalam mengenai bahaya scan retina mata dari berbagai aspek, termasuk ancaman terhadap identitas dan dampaknya secara sosial maupun ekonomi.
Scan retina adalah metode autentikasi biometrik yang menggunakan pola pembuluh darah di retina mata seseorang. Karena pola ini unik pada setiap individu, teknologi ini dianggap sangat akurat dalam mengenali identitas. Namun, keunikan tersebut juga menjadikannya sangat sensitif jika disalahgunakan. Berbeda dari kata sandi yang bisa diubah, data retina bersifat permanen dan tidak dapat diganti jika bocor.
Meski terdengar futuristik dan aman, pemindaian retina menyimpan risiko besar, khususnya dalam hal keamanan dan penyalahgunaan data.
Ketika data retina jatuh ke tangan yang salah, risiko pencurian identitas meningkat drastis. Penjahat siber dapat menggunakan data tersebut untuk menipu sistem keamanan yang berbasis biometrik, seperti membuka rekening bank, mengakses akun digital, atau bahkan melakukan kejahatan atas nama korban.
Berbeda dengan kata sandi yang bisa diganti kapan saja, data biometrik seperti retina tidak bisa diubah. Jika data ini bocor, maka pengguna akan terus menghadapi ancaman penyalahgunaan seumur hidup. Hal ini membuat teknologi ini jauh lebih berisiko jika dibandingkan dengan metode verifikasi konvensional.
Banyak perusahaan teknologi mengumpulkan data retina tanpa transparansi penuh kepada pengguna. Jika perusahaan tersebut tidak memiliki sistem keamanan yang kuat, kebocoran data sangat mungkin terjadi. Bahkan perusahaan besar pun tidak luput dari serangan siber yang membocorkan data pribadi jutaan pengguna.
Kebocoran data retina tidak hanya menimbulkan kerugian finansial, tapi juga berdampak secara sosial dan psikologis terhadap individu.
Ketika identitas seseorang disalahgunakan, banyak korban merasa cemas, stress, dan tidak aman secara psikologis. Ketidakpastian mengenai siapa yang menggunakan data mereka dan untuk tujuan apa menimbulkan tekanan mental yang signifikan.
Selain pencurian uang secara langsung, korban juga harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pemulihan data dan hukum, seperti pengacara, pemblokiran akun, dan tindakan perlindungan lainnya. Ini adalah kerugian yang tidak kecil bagi masyarakat umum.
Jika sebuah institusi mengalami kebocoran data biometrik, reputasinya bisa hancur dalam sekejap. Pelanggan akan kehilangan kepercayaan dan berpindah ke platform lain yang dianggap lebih aman. Ini bisa berdampak serius terhadap keberlangsungan bisnis.
World App, aplikasi dompet digital dari Worldcoin, menawarkan insentif hingga Rp800 ribu untuk pengguna yang bersedia memindai retina mereka melalui alat bernama "Orb". Meskipun tampak menguntungkan, langkah ini mengundang pro kontra karena metode verifikasi yang dianggap melanggar privasi. Beberapa pihak menilai iming-iming tersebut sebagai bentuk eksploitasi data pribadi dalam skala besar.
Bagi masyarakat yang tetap ingin menggunakan autentikasi digital, ada beberapa alternatif yang lebih aman dibanding scan retina:
Sayangnya, di banyak negara termasuk Indonesia, regulasi tentang penggunaan dan penyimpanan data biometrik masih sangat minim. Perlu adanya kebijakan khusus yang mengatur pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan data retina untuk melindungi hak-hak individu. Tanpa regulasi yang ketat, penyalahgunaan data bisa semakin merajalela.
Teknologi pemindaian retina memang menawarkan keamanan tinggi, namun risikonya jauh lebih besar jika data bocor atau disalahgunakan. Sebagai masyarakat digital yang semakin terhubung, kita harus bijak dalam menerima tawaran teknologi baru, terlebih jika melibatkan data pribadi yang tidak bisa diganti seperti retina. Penting untuk mengedepankan kesadaran privasi, menuntut transparansi dari perusahaan, serta mendesak pemerintah untuk membuat regulasi perlindungan data biometrik secepatnya.
Baca Juga: Apa Itu Incel? Pemahaman Mendalam dan Dampaknya pada Masyarakat