Jakarta, objectright Indonesia
—
Abraham Shield
menjadi sorotan di Indonesia usai memajang foto Presiden Indonesia
Prabowo Subianto
bersama kepala negara lain termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, pada sebuah baliho.
Dalam baliho itu tertera tulisan “Mr.President, Israel stand by your plan. Seal the deal [Bapak Presiden, Israel mendukung rencana Anda. Buat kesepakatan.”
Di baliho tersebut juga terpampang foto Presiden Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed Al, Raja Yordania Abdullah II, Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS), Presiden Mesir Abdul Fattah As Sisi, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto baliho tersebut menjadi sorotan di Indonesia. Kementerian Luar Negeri RI lalu buka suara.
Juru bicara Kemlu Yvonne Mewengkang mengatakan baliho itu bagian dari kampanye salah satu organisasi nirlaba Israel yang mendesak pemerintah Negeri Zionis memperluas cakupan negara dalam Abraham Accords.
“Baliho itu adalah bagian dari kampanye salah satu NGO Israel yang mendesak pemerintahan untuk memperluas cakupan negara yang mau bergabung ke dalam Abraham Accords,” ujar Yvonne dalam keterangan kepada objectrightIndonesia.com, Senin (29/9) malam.
Yvonne lantas menegaskan posisi Indonesia sangat jelas yakni tak akan mengakui dan membuka hubungan dengan Israel termasuk melalui Abraham Accords, kecuali Israel mengakui negara Palestina.
“Posisi Indonesia sangat clear bahwa tidak akan ada pengakuan dan normalisasi dengan Israel baik melalui Abraham Accords atau platform lainnya, kecuali Israel terlebih dahulu mau mengakui negara Palestina yang merdeka dan berdaulat,” kata Yvonne.
“Hal itu seperti yang pernah ditegaskan Menlu RI bahwa visi apa pun terkait Israel harus dimulai dari pengakuan terhadap kemerdekaan dan kedaulatan Palestina,” pungkasnya.
Lalu, apa itu Abraham Shield?
Lanjut ke sebelah…
Abraham Shield merupakan koalisi keamanan regional yang didirikan pada 2024, setahun setelah serangan dadakan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.
Koalisi ini mewakili kelompok tokoh masyarakat dan pemimpin opini yang luas dan beragam di bidang keamanan, diplomasi, bisnis, teknologi tinggi, dan penelitian yang bergabung bersama, untuk memastikan keamanan Negara Israel melalui promosi “Abraham Shield Plan.”
Koalisi ini menyatukan berbagai badan, lembaga penelitian, dan organisasi yang meyakini perlunya visi politik-keamanan baru yang menggabungkan kekuatan militer, politik, dan ekonomi.
“Sekaligus memanfaatkan peluang regional sebagai jalur utama untuk memperkuat keamanan Israel,” demikian keterangan dalam situs resmi Abraham Shield.
Dalam keterangan di situs tersebut, mereka menyalahkan Iran atas segala yang terjadi di Israel dan perang negeri Zionis dalam menghadapi tujuh front.
Mereka juga menyebut serangan dadakan Hamas pada 7 Oktober merupakan bagian rencana besar Iran dengan tujuan menyabotase rencana normalisasi Israel dengan Arab Saudi,
Sejak saat itu, Israel, menurut mereka, menghadapi tujuh front berbeda dari proksi Iran.
Di situs tersebut, mereka juga menyebut Israel telah menunjukkan kekuatan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya dan membawa perubahan di Timur Tengah.
Tak lama usai serangan dadakan Hamas, Israel meluncurkan agresi brutal dan besar-besaran ke Jalur Gaza. Mereka bersumpah bakal melenyapkan Hamas.
Namun, dalam operasinya Israel menggempur habis-habisan warga dan objek sipil seperti rumah sakit dan kamp pengungsian. Mereka selalu berdalih Hamas bersembunyi di ruang bawah tanah rumah sakit, tuduhan yang tak pernah terbukti.
Kembali lagi ke Abraham Shield, dalam situs resminya mereka mencantumkan Abraham Shield Plan yang diklaim menciptakan tatanan regional baru yang menjamin keamanan Israel.
Beberapa poin itu di antaranya pemulangan seluruh sandera, demiliterisasi, rekonstruksi Gaza pencabutan kekuatan Hamas; pencegahan perkembangan program nuklir Iran; pembentukan hubungan resmi Israel-Saudi; pembubaran Hizbullah dan mengintegrasikan Lebanon ke perjanjian Abraham Accord; perjanjian non-agresi dengan Suriah; dan pemisahan warga Palestina.
“Israel akan memajukan proses pemisahan politik, geografis, dan demografis dari Palestina dalam kerangka perjanjian regional yang komprehensif,” lanjut mereka.
Pemisahan dari Palestina sudah menjadi kepentingan Israel. Abraham Shield menganggap pendirian dua negara merupakan ancaman keberadaan Israel sebagai negara demokrasi dengan mayoritas Yahudi.
Apa Itu Abraham Shield?
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN:
1
2
Baca lagi: Miliano Jonathans Dipuja-puji Lawan Usai Cetak Gol untuk Jong Utrecht
Baca lagi: Jaksa ICC Dakwa Duterte dengan 3 Tuduhan Kejahatan Kemanusiaan
Baca lagi: VIDEO: PSSI Tunjuk Indra Sjafri Latih Timnas SEA Games 2025
Baca lagi: Video: Hajj quota 2026 has not changed, still 221 thousand pilgrims